
Ada malam-malam tertentu yang akan selamanya terukir dalam ingatan. Malam di mana langit bukan lagi sekadar hamparan hitam, melainkan kanvas bertabur jutaan bintang yang terasa begitu dekat. Malam di mana debur ombak bukan hanya suara, tapi musik pengiring sebuah ritual sakral. Inilah malam di Pulau Sangalaki, jantung konservasi Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur.
Bayangkan dirimu berlutut di atas pasir sehalus tepung, di hadapanmu, puluhan makhluk kecil yang rapuh—tukik—berjuang menapaki langkah pertama mereka. Tanganmu tidak ikut campur, tetapi kehadiranmu menjadi perisai, memastikan mereka selamat sampai ke pelukan samudra. Ini bukan sekadar liburan. Ini adalah sebuah misi.
Kemudian, bayangkan saat mentari menggantikan bintang. Dirimu berada di tengah lautan biru sebening kristal. Dari kedalaman, sesosok bayangan raksasa muncul, bukan monster yang menakutkan, melainkan penari anggun berukuran lima meter. Seekor Pari Manta. Ia meluncur melewatimu dengan gerakan yang begitu lembut, seolah mengajakmu menari dalam keheningan abadi bawah laut.
Selamat datang di Ekspedisi Sangalaki. Sebuah perjalanan yang akan membawamu melampaui batas-batas turisme biasa. Ini adalah kisah tentang harapan, petualangan, dan koneksi mendalam dengan alam. Sebuah panggilan bagi jiwa-jiwa yang tidak hanya mencari keindahan, tetapi juga ingin meninggalkan jejak kebaikan. Mari kita mulai ekspedisi ini.

Gerbang Menuju Surga Tersembunyi Pada Perjalanan Ekspedisi Sangalaki Di Kepulauan Derawan
Ekspedisi Sangalaki memang terdengar seperti perjalanan ke ujung dunia. Namun, surga ini sesungguhnya lebih mudah dijangkau dari yang kita bayangkan. Kuncinya adalah perencanaan yang matang untuk mencapai kepulauan yang menjadi bagian dari Coral Triangle dunia ini.
Rute Udara dan Darat: Langkah Pertama Menuju Berau
Perjalanan udara adalah cara paling efisien untuk memulai petualangan ini. Kota tujuan utamamu adalah Berau, sebuah kabupaten di Kalimantan Timur yang memiliki Bandara Kalimarau (BEJ).
- Dari Indonesia Barat & Tengah: Ambil penerbangan dari kota-kota besar seperti Jakarta (CGK) atau Surabaya (SUB) menuju Balikpapan (BPN) atau Samarinda (AAP). Dari sana, tersedia penerbangan lanjutan menuju Berau (BEJ). Beberapa maskapai bahkan menawarkan rute langsung yang membuat perjalanan lebih singkat.
- Setibanya di Berau: Begitu mendarat di Bandara Kalimarau yang modern dan berhias ornamen Dayak, hawa petualangan akan langsung terasa. Dari sini, perjalananmu akan berlanjut melalui jalur darat.
Menyambut Lautan Biru: Dari Tanjung Batu ke Kepulauan Derawan
Dari Berau, kamu perlu menuju dermaga penyeberangan utama. Dermaga yang paling umum digunakan adalah Dermaga Tanjung Batu, yang dapat ditempuh selama 2 hingga 3 jam perjalanan darat dengan mobil sewaan dari bandara.
Sepanjang perjalanan darat ini, kamu akan disuguhi pemandangan yang kontras. Dari hiruk pikuk kota kecil, perlahan berganti menjadi hamparan perkebunan kelapa sawit yang luas, hingga akhirnya aroma laut mulai tercium.
Setibanya di Tanjung Batu, inilah saatnya petualangan laut dimulai. Puluhan speedboat telah menanti. Perjalanan dengan speedboat menuju gugusan Kepulauan Derawan memakan waktu sekitar 30 menit hingga 1 jam, tergantung pulau mana yang menjadi markas utamamu. Inilah momen transisi yang magis. Air sungai yang kecoklatan perlahan berubah menjadi hijau, lalu biru toska, dan akhirnya biru gelap yang dalam. Lumba-lumba yang melompat di kejauhan seringkali menjadi komite penyambutan pertama bagi para petualang.

Ekspedisi Sangalaki, Pulau Harapan Para Penyu
Di antara gugusan pulau-pulau primadona seperti Derawan yang ramai dan Maratua yang mewah, Sangalaki memegang peran yang berbeda. Pulau ini adalah sebuah suaka. Sebuah harapan. Sangalaki tidak memiliki resor mewah atau kehidupan malam yang semarak. Sebaliknya, pulau ini didedikasikan sepenuhnya untuk satu tujuan mulia: konservasi penyu.
Lebih dari Sekadar Pasir Putih
Pulau Sangalaki relatif kecil, bisa dikelilingi dengan berjalan kaki dalam waktu kurang dari satu jam. Pasirnya putih dan luar biasa halus, berpadu sempurna dengan gradasi warna laut yang memukau. Namun, daya tarik utamanya bukanlah itu. Atmosfer di sini begitu tenang dan murni. Hanya ada beberapa bangunan sederhana milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan penginapan sederhana bagi para peneliti dan relawan.
Pulau ini adalah zona pendaratan utama bagi dua jenis penyu: Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata). Hampir setiap malam sepanjang tahun, puluhan penyu betina dewasa akan naik ke darat untuk bertelur, sebuah siklus alam yang telah berlangsung selama jutaan tahun.
Jantung Konservasi Penyu Kalimantan
Sayangnya, siklus ini menghadapi banyak ancaman. Mulai dari predator alami seperti biawak, hingga ancaman terbesar dari manusia seperti perburuan telur dan daging di masa lalu, polusi plastik, dan perubahan iklim yang memengaruhi suhu pasir (yang menentukan jenis kelamin tukik).
Di sinilah peran vital para ranger BKSDA dan relawan. Setiap malam, mereka berpatroli di sepanjang garis pantai untuk:
- Mendata Penyu: Mencatat jumlah penyu yang mendarat, menandai (tagging) individu baru, dan memeriksa kesehatan mereka.
- Merelokasi Telur: Jika penyu bertelur di lokasi yang rawan tergerus abrasi atau dijangkau predator, para ranger akan dengan hati-hati memindahkan telur-telur tersebut ke fasilitas penetasan semi-alami yang lebih aman.
- Menjaga Sarang: Melindungi sarang dari predator hingga telur-telur tersebut menetas setelah sekitar 45-60 hari.
Menjadi bagian dari proses ini, bahkan hanya sebagai pengamat atau relawan jangka pendek, adalah sebuah kehormatan yang luar biasa.
Misi Dimulai, Ekspedisi Sangalaki Menjadi Relawan Pelepas Tukik
Inilah puncak pengalaman pertama dalam Ekspedisi Sangalaki. Pengalaman ini biasanya terjadi setelah makan malam, saat pulau diselimuti kegelapan total dan langit dipenuhi bintang.
Di Bawah Taburan Bintang: Ritual Malam yang Sakral
Semuanya dimulai dengan panggilan pelan dari ranger. “Ada yang menetas!” Tanpa banyak kata, dengan hanya berbekal senter bercahaya merah (cahaya putih dapat membuat tukik disorientasi), kamu akan diajak menuju area penetasan.
Di sana, sebuah pemandangan ajaib tersaji. Dari dalam sebuah gundukan pasir, puluhan, bahkan ratusan kepala kecil menyembul. Tukik-tukik itu, dengan insting purba yang kuat, mulai merangkak keluar dari sarang mereka, siap untuk memulai perjalanan paling berbahaya dalam hidup mereka.

Dari Sarang ke Samudra: Langkah Pertama yang Penuh Perjuangan Ekspedisi Sangalaki
Peranmu sebagai relawan sangat krusial di sini. Tukik secara alami akan bergerak menuju cakrawala yang paling terang, yaitu pantulan cahaya bintang dan bulan di permukaan laut. Namun, predator seperti kepiting hantu selalu mengintai di sepanjang jalan.
Tugasmu adalah membentuk “pagar betis” manusia. Berdiri di sisi kiri dan kanan jalur para tukik, memastikan tidak ada yang tersesat atau disambar kepiting. Kamu tidak boleh menyentuh mereka, karena sentuhan manusia bisa mengganggu proses imprinting—kemampuan mereka untuk merekam “tanda” pantai kelahiran mereka, yang akan mereka gunakan untuk kembali bertelur 20-30 tahun kemudian.
Menyaksikan perjuangan mereka begitu mengharukan. Makhluk sekecil telapak tangan bayi, dengan energi yang meluap-luap, merangkak tanpa henti melintasi pasir yang bagi mereka seperti gurun tak berujung. Hingga akhirnya, satu per satu dari mereka mencapai bibir pantai dan ombak pun menyambut mereka. Seketika, kegelapan laut menelan mereka.
Sangalaki: Sebuah Pelajaran tentang Harapan
Para ranger akan memberitahumu sebuah fakta yang mencengangkan: dari seribu tukik yang berhasil mencapai lautan, mungkin hanya satu yang akan bertahan hidup hingga dewasa. Satu dari seribu.
Fakta itu membuat setiap tukik yang berhasil kamu jaga perjalanannya menjadi tak ternilai harganya. Kamu baru saja memberi mereka kesempatan berjuang. Kamu menjadi bagian kecil dari sebuah kisah harapan yang sangat besar. Perasaan lelah dan kantuk seketika sirna, rasa syukur dan kerendahan hati yang mendalam.
Menari Bersama Raksasa Lembut, Ekspedisi Sangalaki Manta Point
Setelah malam yang emosional, pagi harinya Sangalaki menawarkan petualangan yang sama sekali berbeda, namun tak kalah spektakuler. Saatnya bertemu dengan para raksasa lembut penghuni perairan Derawan.
Panggilan dari Biru Gelap
Perairan di sekitar Sangalaki dan Derawan merupakan koridor penting dan area makan (feeding ground) bagi Pari Manta Karang (Manta alfredi). Beberapa titik, yang populer dengan sebutan Manta Point atau Manta Avenue, memiliki konsentrasi plankton yang tinggi, menarik puluhan pari manta untuk berkumpul.
Perjalanan dengan speedboat menuju titik-titik ini hanya memakan waktu sekitar 15-20 menit dari Pulau Sangalaki. Nakhoda kapal yang berpengalaman tahu persis di mana harus mencari mereka. Mereka akan mematikan mesin, dan semua orang diminta untuk mengamati permukaan air dengan saksama. Tiba-tiba, sebuah “ujung sayap” hitam yang khas akan terlihat membelah permukaan air. Itulah tandanya.

Panduan Snorkeling & Diving Bersama Pari Manta
Sebelum terjun ke air, pemandu akan memberikan pengarahan yang sangat penting. Interaksi dengan satwa liar harus selalu didasari oleh rasa hormat. Aturan emasnya adalah:
- Jaga Jarak: Usahakan selalu berada pada jarak minimal 3-4 meter.
- Jangan Pernah Menyentuh: Sentuhan dapat menghilangkan lapisan lendir pelindung pada kulit mereka, membuat mereka rentan terhadap infeksi.
- Jangan Mengejar: Biarkan mereka yang mendekatimu. Jika kamu mengejar, mereka akan pergi.
- Gerakan Tenang: Hindari gerakan mengayuh yang panik dan berlebihan. Masuklah ke air dengan tenang.
- Jangan Menghalangi Jalur Mereka: Selalu berikan ruang bagi mereka untuk bergerak bebas.
Mematuhi aturan ini tidak hanya demi keselamatan manta, tapi juga akan memberikanmu pengalaman terbaik. Pari manta adalah makhluk yang cerdas dan penasaran. Jika mereka merasa tidak terancam, mereka seringkali akan berenang mendekat dan berputar-putar di sekitarmu.
Momen Ajaib Itu Tiba
Saat pertama kali melihat siluet pari manta dari dalam air, napasmu akan tertahan. Ukurannya luar biasa. Rentang “sayap” mereka bisa mencapai 4-5 meter. Namun, tidak ada sedikit pun aura mengancam dari mereka.
Mereka bergerak dengan keanggunan yang absolut, seolah terbang di dalam air. Mulut mereka yang besar terbuka untuk menyaring plankton. Terkadang, mereka akan melakukan gerakan barrel roll (berguling) yang memukau. Berada di dalam air bersama belasan “pesawat” raksasa yang menari di sekelilingmu adalah pengalaman yang sureal dan meditatif. Kamu akan merasa begitu kecil, menjadi tamu di kerajaan bawah laut mereka yang megah.
Melampaui Sangalaki, Jelajah Permata Lain di Derawan
Ekspedisi Sangalaki tidak akan lengkap tanpa menjelajahi pulau-pulau tetangganya yang menawarkan pesona unik masing-masing. Biasanya, ini dilakukan dalam paket island hopping satu hari penuh.
- Maratua, Surga Para Pemburu Laguna: Pulau berbentuk tapal kuda ini terkenal dengan resor-resor mewahnya yang dibangun di atas air. Namun, daya tarik utamanya adalah laguna biru kehijauan yang tersembunyi, yang sering disebut Goa Haji Mangku.
- Kakaban, Berenang dengan Ubur-Ubur Tanpa Sengat: Inilah salah satu dari sedikit danau air payau di dunia di mana ubur-ubur telah berevolusi tanpa sengat karena ketiadaan predator. Berenang di antara ribuan ubur-ubur keemasan yang lembut adalah pengalaman yang tiada duanya.
- Gusung Sanggalau, Pulau Pasir di Tengah Lautan: Ini bukanlah sebuah pulau, melainkan gundukan pasir putih (gusung) yang hanya muncul saat air laut surut. Berada di sini serasa berdiri di tengah-tengah lautan tak bertepi, tempat yang sempurna untuk berfoto dan merasakan kebesaran alam.

Panduan Praktis untuk Ekspedisi Sangalaki Tak Terlupakan
Untuk memastikan berjalan lancar, berikut adalah beberapa panduan praktis yang wajib kamu catat.
- Waktu Terbaik Berkunjung: Waktu terbaik adalah saat musim kemarau, sekitar bulan April hingga September. Pada periode ini, cuaca cenderung cerah dan laut lebih tenang, memberikan visibilitas terbaik untuk snorkeling dan diving. Namun, penyu mendarat sepanjang tahun, jadi kapan pun kamu datang, kesempatan untuk melihatnya selalu ada.
- Akomodasi & Logistik: Sangat disarankan untuk memesan paket tur dari operator lokal yang terpercaya. Mereka akan mengurus segalanya, mulai dari penjemputan di bandara, mobil, speedboat, akomodasi, makan, hingga jadwal island hopping. Ini jauh lebih efisien daripada mengurusnya sendiri-sendiri.
- Estimasi Anggaran: Biaya sangat bervariasi. Untuk paket 3 hari 2 malam, siapkan anggaran mulai dari Rp 2.500.000 hingga Rp 5.000.000 per orang (di luar tiket pesawat), tergantung jenis akomodasi dan jumlah peserta. Semakin banyak peserta, biasanya biaya per orang akan semakin murah.
- Apa yang Harus Dibawa: Selain pakaian sehari-hari, jangan lupakan: tabir surya ramah terumbu karang (reef-safe sunscreen), topi lebar, kacamata hitam, kamera bawah air (underwater camera), dry bag, obat-obatan pribadi, dan uang tunai yang cukup karena ATM sangat terbatas.
- Menjadi Petualang yang Bertanggung Jawab: Ingatlah selalu prinsip “Ambil hanya gambar, tinggalkan hanya jejak kaki, bunuh hanya waktu.” Jangan membuang sampah sembarangan, dukung ekonomi lokal dengan membeli suvenir dari pengrajin setempat, dan yang terpenting, hormati seluruh satwa liar.
Kesimpulan: Pulang Membawa Cerita, Meninggalkan Jejak Kebaikan
Ekspedisi Sangalaki lebih dari sekadar perjalanan. Ini adalah sebuah investasi emosional. Kamu datang mencari petualangan, dan kamu akan menemukannya saat menari bersama pari manta. Kamu datang mencari keindahan, dan kamu akan menemukannya di bawah taburan bintang di pantai yang sunyi.
Namun, kamu akan pulang membawa sesuatu yang lebih berharga: sebuah cerita. Cerita tentang perjuangan hidup seekor tukik, tentang keanggunan sang raksasa lautan, dan tentang peran kecilmu dalam menjaga keajaiban itu tetap ada. Kamu tidak hanya menjadi turis, kamu telah menjadi bagian dari siklus alam, menjadi seorang penjaga harapan.
Jadi, jika panggilan petualangan yang bermakna sudah tak tertahankan lagi, kemasi tasmu. Sangalaki, para tukik, dan pari manta raksasa telah menantimu. Datanglah, dan pulanglah dengan membawa perubahan, baik di dalam dirimu maupun untuk kelestarian surga di timur Kalimantan ini.
Baca juga: artikel Inspirasi Perjalanan lainnya.