Sate klatak viral 2025 – jadi sorotan para pecinta kuliner Jogja! Kalau kamu lagi cari spot sate yang lagi ramai diburu tahun ini, berikut 5 tempat legendaris yang wajib lo kunjungi!

Penulis: Tim Kuliner Nusantara | Tanggal: 20 Mei 2025
Jogja, Kota Rasa yang Selalu Dirindukan
Yogyakarta menyajikan lebih dari sekadar Candi Prambanan, Malioboro, atau romantisme becak sore hari. Kota ini menyimpan cerita rasa yang panjang dan dalam lewat aneka kuliner khasnya. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Sate Klatak. Para pecinta kuliner selalu mengingat sajian ini karena tampilannya sederhana tapi rasanya luar biasa. Warga lokal membakar daging kambing muda dengan tusuk jeruji logam, menciptakan sensasi rasa yang khas dan otentik.
Sate Klatak tampil beda dari kebanyakan jenis sate. Mereka tidak menggunakan bumbu kacang atau kecap. Sebaliknya, mereka hanya menaburkan garam dan merica sebelum membakarnya. Justru dari kesederhanaan itulah cita rasa asli daging kambing muncul kuat dan bikin nagih.
Kalau kamu penasaran di mana bisa mencicipi Sate Klatak terbaik, artikel ini siap jadi panduanmu. Kami sudah merangkum 5 spot paling legendaris di Jogja lengkap dengan sejarah, suasana, hingga tips menikmati sate agar pengalamanmu makin maksimal. Dari sekian banyak warung di Jogja, kami pilih 5 tempat sate klatak viral 2025 yang paling konsisten dalam rasa dan suasana.
Asal Usul & Filosofi Sate Klatak
Warga Jejeran, Pleret, Bantul, memperkenalkan Sate Klatak puluhan tahun lalu. Mereka mulai membakar daging kambing dengan tusuk jeruji besi lalu menyajikannya tanpa banyak bumbu. Suara letupan dari daging di atas bara itu melahirkan nama “klatak”. Mereka menggunakan jeruji sepeda untuk meratakan panas dan menghasilkan daging yang matang sempurna hingga ke dalam.
Masyarakat menyukai teknik ini karena mempertahankan rasa alami daging kambing muda. Mereka menggunakan daging segar setiap hari yang dipotong sendiri dan langsung disiapkan di warung. Pengunjung pun bisa langsung mencium aroma bakaran dari kejauhan saat melintasi area Jejeran.
Film Ada Apa Dengan Cinta 2 ikut memperkuat daya tarik Sate Klatak. Ketika warung Pak Bari muncul dalam adegan ikonik film itu, banyak orang dari berbagai kota mulai berdatangan. Tapi meski popularitasnya meningkat, para pemilik warung legendaris tetap menjaga resep tradisional agar rasa aslinya tidak berubah.
1. Warung Sate Klatak Viral 2025 Pak Pong – Legenda yang Tidak Pernah Sepi

Siapa yang nggak kenal Warung Sate Klatak Pak Pong? Bagi banyak orang, khususnya penggemar kuliner Jogja, nama ini sudah seperti legenda hidup dalam dunia persatean. Terletak di Jejeran, Pleret, Bantul, warung ini jadi jujugan wajib buat wisatawan maupun warga lokal yang ingin mencicipi rasa otentik Sate Klatak tanpa basa-basi. Bahkan, beberapa orang bilang: belum ke Jogja kalau belum makan di Pak Pong.
Warung ini sudah berdiri sejak tahun 1997 dan terus berkembang hingga sekarang. Pak Pong sendiri merupakan generasi kedua yang meneruskan resep keluarganya. Warungnya sederhana, khas daerah pinggiran Jogja. Tapi jangan heran kalau kamu datang ke sini malam-malam dan justru melihat antrean panjang orang menunggu giliran makan. Apalagi di akhir pekan atau musim liburan, antrian bisa mengular sampai ke depan jalan.
Kenapa Banyak Orang Memilih Sate Klatak Viral Pak Pong?
Banyak orang memilih Pak Pong karena warung ini selalu menyajikan daging kambing muda yang berkualitas. Mereka memotong daging dalam potongan besar yang empuk dan juicy. Para staf membakar daging dengan tusuk jeruji besi agar panas menyebar merata hingga ke dalam. Mereka hanya menaburkan garam dan merica sebelum membakar—cara yang sederhana tapi menghasilkan rasa daging yang jujur dan kuat.
Bagian lain yang tak kalah menarik adalah kuah gulainya. Pengelola menyajikan kuah tersebut dalam mangkuk kecil sebagai pelengkap sate. Tapi banyak pengunjung justru datang hanya untuk menikmati kuah ini karena saking gurih dan aromatiknya. Mereka mencampurnya dengan nasi panas dan sate segar agar rasa rempahnya makin terasa.
Warung ini menyediakan dua area makan: indoor dan semi-outdoor. Pengunjung yang ingin merasakan angin malam Jogja lebih memilih duduk di area luar. Sementara keluarga atau rombongan sering memilih area lesehan yang lebih lapang.
Dengan harga Rp30.000 – Rp35.000 per porsi, kamu sudah bisa menikmati dua tusuk besar sate kambing lengkap dengan nasi dan kuah gulai. Mereka juga menyediakan teh poci gula batu hangat sebagai pendamping yang cocok untuk menetralisir lemak dari daging.
Banyak pengunjung dari luar kota bahkan luar pulau yang sengaja datang berulang kali untuk makan di sini. Mereka datang bukan karena viral semata, tapi karena rasa dan suasana yang otentik. Pak Pong tetap menjaga kualitas makanan, tempat yang nyaman, dan pelayanan ramah. Nggak heran kalau banyak orang menyebut tempat ini sebagai awal terbaik untuk menjelajahi dunia Sate Klatak di Jogja.
2. Sate Klatak Viral 2025 Pak Bari – Ikon AADC yang Bikin Jogja Tambah Romantis

Kalau kamu pecinta film Indonesia, pasti nggak asing dengan adegan ikonik Rangga dan Cinta yang makan di warung kecil sambil ngobrol di film Ada Apa Dengan Cinta 2. Nah, tempat itu bukan sekadar set buatan. Itu adalah Warung Sate Klatak Pak Bari, yang terletak di dalam Pasar Wonokromo, Jogja. Sejak kemunculannya di layar lebar, warung ini langsung naik daun dan diserbu oleh para penikmat kuliner sekaligus penggemar film romantis.
Tapi jangan salah sangka, jauh sebelum viral karena film, warung ini sudah dikenal luas sebagai salah satu pelopor Sate Klatak otentik di Jogja. Pak Bari sendiri adalah generasi penerus dari pendiri awal warung ini yang sudah berdagang sejak tahun 1990-an. Meski tempatnya kecil dan terkesan tersembunyi di antara kios pasar yang sudah tutup malam hari, justru itulah pesonanya. Suasana malam yang tenang, lampu remang-remang, dan aroma arang menyambut setiap pengunjung yang datang.
Daya Tarik dari Warung Sederhana di Pasar
Warung Pak Bari menyajikan menu sederhana: sate klatak, tongseng, gulai, nasi, dan teh poci. Tapi meskipun tampilannya simpel, rasa yang mereka tawarkan benar-benar jujur dan mengesankan. Mereka memotong daging dalam ukuran sedang dengan tekstur empuk. Staf warung tetap menggunakan tusuk besi dan membakar sate secara manual—semuanya dikerjakan oleh orang yang sudah berpengalaman puluhan tahun.
Salah satu daya tarik utama di sini adalah kuah gulainya. Warung ini membuat kuah dengan konsistensi lebih encer dibanding warung lain. Tapi justru itu yang membuat rasa rempahnya terasa ringan dan cocok untuk pengunjung yang tidak suka makanan bersantan berat. Banyak pelanggan mencampur gulai dengan nasi, lalu menyantapnya bersama sate klatak. Kombinasi ini menciptakan rasa khas yang susah dilupakan.
Harga makanan di sini cukup bersahabat. Dengan Rp25.000 – Rp30.000, kamu bisa menikmati satu porsi lengkap dengan nasi dan kuah. Saat malam tiba, suasana pasar menjadi lebih sunyi. Warung ini menyajikan pengalaman makan yang tenang, hanya ditemani percikan arang dan percakapan pengunjung lain. Banyak pasangan muda datang ke sini untuk menikmati makan malam romantis dengan suasana yang syahdu.
Meski sekarang banyak warung baru bermunculan, pelanggan setia tetap memilih Pak Bari. Bahkan pelancong yang dulu pernah makan di sini sering kembali bertahun-tahun setelah kunjungan pertama mereka. Mereka tetap memilih warung ini karena rasa dan pengalaman makannya tidak tergantikan. Di sinilah letak kekuatan Pak Bari — bukan hanya dari makanannya, tapi dari cerita yang terus hidup baik di layar film maupun kehidupan nyata.
3. Sate Klatak Viral Mak Adi – Ketenangan, Rasa Rumahan, dan Tradisi yang Terjaga

Kalau kamu lebih suka tempat makan yang tenang dan jauh dari keramaian, Warung Sate Klatak Viral 2025 Mak Adi bisa jadi pilihan yang pas. Warung ini berdiri tidak jauh dari Jejeran, menyuguhkan suasana khas pedesaan dengan konsep sederhana tapi hangat. Banyak pelanggan tetap datang ke sini karena mereka merasa seperti makan di rumah sendiri.
Mak Adi adalah sosok sentral yang membuat warung ini istimewa. Walau anak-anaknya sudah banyak membantu, beliau masih sering turun langsung ke dapur. Beliau tetap ikut meracik bumbu, melayani pesanan, bahkan menyapa tamu langganan yang sudah dikenalnya sejak lama. Suasana inilah yang membuat warung ini terasa hangat dan personal.
Suasana Santai yang Membuat Kangen
Mak Adi menyajikan seporsi sate klatak dengan rasa yang sangat khas. Mereka memotong daging dalam ukuran sedang—tidak terlalu besar tapi tetap padat. Kamu bisa langsung merasakan gurihnya garam dan merica yang meresap ke serat daging. Proses pembakaran menggunakan arang tempurung kelapa memberikan aroma smokey yang lembut tapi tidak menusuk.
Tim dapur menyajikan kuah gulai dengan rasa gurih dan hangat. Banyak pengunjung mencampur kuah ini ke nasi hangat, lalu menikmatinya bersama sate panas. Kombinasi ini cocok buat kamu yang baru sampai Jogja setelah perjalanan panjang. Tambahan teh poci hangat dengan gula batu juga menjadi favorit pengunjung yang ingin menghangatkan tubuh sambil ngobrol santai.
Mereka juga menawarkan menu alternatif seperti tongseng dan tengkleng, semuanya dimasak dengan resep tradisional. Tapi tetap saja, sate klatak tetap jadi primadona. Harga seporsi mulai dari Rp22.000 hingga Rp28.000 tergantung potongan dan lauk tambahan. Menariknya, kamu bisa memilih tingkat kematangan sesuai selera. Mau setengah matang, matang sempurna, atau super kering—semua bisa mereka layani.
Tempat duduknya menampung sekitar 20–30 orang. Pengunjung datang bergelombang, tidak perlu antre panjang seperti di warung populer lain. Banyak keluarga membawa anak-anak ke sini karena suasananya aman, nyaman, dan tidak terlalu ramai.
Mak Adi bersama keluarganya berhasil menghadirkan ketenangan dan kelezatan dalam satu tempat. Banyak wisatawan yang bahkan sudah beberapa kali ke Jogja tetap menyempatkan mampir ke sini. Soalnya, sekali kamu makan di sini, rasanya selalu bikin rindu buat balik lagi.
4. Sate Kambing Mbah Margo – Tradisi Panjang dari Kulon Progo yang Tetap Hidup
Kalau biasanya kamu menjelajah kuliner di Jogja bagian kota atau timur, coba arahkan langkahmu ke barat — tepatnya ke Kulon Progo. Di sanalah keluarga besar Mbah Margo menjalankan warung sate kambing legendaris yang sudah berdiri sejak akhir 1960-an. Mereka memulai dari lapak kecil di depan rumah dan terus menjaga rasa hingga kini. Warungnya tetap sederhana, tapi suasananya nyaman dan penuh kenangan.
Pengelola warung memotong daging kambing muda dalam ukuran kecil tapi banyak. Mereka membumbui dengan garam, merica, dan perasan jeruk nipis, lalu membakar perlahan menggunakan arang kelapa. Teknik ini menghasilkan rasa gurih yang khas, tidak terlalu smokey, tapi tetap harum dan lembut di mulut.
Untuk kuah gulai, mereka menumis bumbu seperti kapulaga, cengkeh, dan lengkuas agar aromanya keluar maksimal sebelum menambahkan santan. Kuah ini terlihat keruh tapi aromatik dan kuat, sangat cocok disantap bersama sate atau diminum langsung sebagai penghangat tubuh.
Sentuhan Klasik yang Tetap Konsisten
Mereka juga menawarkan menu tengkleng dan tongseng. Bahan-bahannya dipanen dari kebun sendiri di belakang rumah. Semua bumbu masih diulek manual tanpa bahan instan. Banyak pelanggan tetap yang merasa rasa masakan di sini belum berubah sejak pertama kali mereka datang puluhan tahun lalu.
Seporsi sate bisa kamu dapatkan dengan harga mulai Rp25.000. Kalau kamu ingin membawanya pulang, mereka juga menyediakan versi frozen pack yang tinggal kamu panaskan di rumah. Ini solusi buat yang rindu Jogja tapi belum bisa balik ke sana.
Tempatnya luas, adem, dan cocok buat makan bersama keluarga. Anak-anak bisa bermain di halaman samping, dan para orang tua bisa ngobrol santai tanpa terganggu. Pelayanan yang ramah dari keluarga Mbah Margo membuat banyak pengunjung merasa seperti pulang ke rumah sendiri.
5. Sate Kambing Mbah So – Hidden Gem Khas Gedongkuning yang Disayang Warga Lokal

Warung Sate Kambing Mbah So tidak terlalu mencolok dari luar, tapi warga sekitar dan pelanggan setia terus datang karena rasa dan suasana di dalamnya benar-benar konsisten. Mbah So, perempuan paruh baya yang sudah lebih dari 30 tahun mengelola warung ini, masih sering berdiri di dekat panggangan sambil menyapa pelanggan. Beliau memelihara rasa dan suasana hangat sejak awal berdiri di depan rumahnya.
Warung ini memakai teknik bakar tradisional yang membuat rasa sate jadi khas. Daging kambing muda ditusuk dengan jeruji sepeda, lalu dimasak perlahan di atas bara arang kelapa. Tanpa bumbu kompleks, mereka hanya menaburkan garam dan lada hitam sebelum memanggangnya. Hasil akhirnya bikin kagum: tekstur daging empuk, juicy, dan aroma bakarannya menggoda. Pengunjung pun bisa memilih tingkat kematangan sesuai selera—setengah matang, medium, atau kering sempurna.
Tempat Makan Nyaman Buat yang Cari Ketenangan
Mereka menyajikan kuah gulai dengan rasa ringan dan tidak terlalu pedas. Banyak pengunjung memilih mencampurkan gulai ke nasi, lalu menyantapnya bersama sate panas. Rasanya mild tapi tetap harum dan cocok untuk semua kalangan, termasuk anak-anak atau orang tua yang tidak suka makanan terlalu berat.
Warung ini juga terkenal dengan sop kambingnya. Mereka merebus tulang muda dan iga dalam kuah bening yang segar tanpa bau amis. Mereka menambahkan taburan daun bawang dan bawang goreng agar aromanya makin sedap. Banyak keluarga yang memesan menu ini saat datang bersama anak-anak.
Harga satu porsi sangat ramah kantong. Dengan Rp20.000 saja, kamu sudah bisa menikmati sepiring sate lengkap dengan nasi dan kuah hangat. Mereka juga menyajikan teh poci dan es tape sebagai pelengkap. Beberapa pelanggan bahkan langsung memesan dua porsi karena satenya cepat habis.
Suasana di warung ini membuat pengunjung bisa benar-benar rileks. Pengunjung sering duduk santai, ngobrol lama, atau menikmati makanan pelan-pelan tanpa tekanan waktu. Banyak orang datang bukan hanya untuk makan, tapi juga untuk merasakan ketenangan dan keramahan khas Jogja yang selalu terasa di sini.
Kalau kamu pengen mencicipi sisi Jogja yang lebih tenang dan otentik, Warung Sate Kambing Mbah So adalah pilihan yang tepat. Mereka tidak menawarkan suasana heboh seperti tempat viral, tapi mereka memberikan rasa jujur, pelayanan ramah, dan pengalaman kuliner yang akan kamu ingat lama.
Penutup: Jogja, Sate Klatak, dan Cerita yang Terus Mengalir
Mencicipi Sate Klatak bukan hanya soal memuaskan perut. Ini tentang menyelami budaya lokal, mendekatkan diri dengan warga, dan menemukan kehangatan yang sulit kamu temukan di tempat lain. Dari suara bara, tusukan jeruji besi, hingga kuah gulai yang aromanya menggoda — semua itu adalah bagian dari warisan rasa Jogja yang tak lekang oleh waktu.
Dengan lima spot legendaris yang sudah kita bahas, kamu sekarang punya panduan lengkap buat menjelajah rasa khas Yogyakarta lewat seporsi sate. Mau yang ramai dan viral, atau yang tenang dan tersembunyi — Jogja selalu punya cara untuk membuatmu jatuh cinta lewat makanan.
Jadi, kapan kamu siap buat #KulineranKlatak lagi? Share artikel ini ke teman-temanmu yang juga doyan kuliner, dan jangan lupa tandai tempat pertama yang bakal kamu sambangi pas ke Jogja nanti.
Sate klatak viral 2025 udah bukan sekadar tren, tapi jadi identitas kuliner Jogja yang makin kuat. Dari 5 warung legendaris yang kita bahas, mana nih yang bakal kamu cobain duluan pas ke Jogja?
Baca juga : artikel Kuliner Nusantara lainnya.
Buat lo yang penasaran sama tren makanan kekinian lainnya selain sate, lo juga bisa cek artikel kami yang satu ini:
10 Kuliner Lokal Viral 2025 yang Bikin Netizen Ngiler!
. Di sana ada daftar jajanan viral mulai dari cimol meledak sampai bakso arang yang lagi ramai di TikTok.